Selasa, 17 November 2009

Tarian Likurai

Tarian likurai dahulunya merupakan tarian perang, yaitu tarian yang ditarikan ketika menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Kini tarian ini sering digunakan untuk menyambut tamu-tamu istimewa seperti kepala pemerintahan maupun wisatawan.

Konon ketika para pahlawan yang pulang perang dengan membawa kepala musuh yang telah dipengal (sebagai bukti keperkasaan), maka para feto (wanita) cantik atau gadis-gadis cantik terutama mereka yang berdarah bangsawan menjemput para meo (pahlawan) dengan membawakan tarian likura dan didampingi beberapa mane (laki-laki) sambil menari (haksoke) membaa pedang. Likurai itu sendiri dalam bahasa tetun (suku di Belu) berarti menguasai bumi. Liku artinya "menguasai" dan Rai artinya "tanah atau bumi". Lambang tarian ini adalah wujud penghormatan kepada para pahlawan yang elah menguasai atau menaklukan bumi, tanah air tercinta. Tarian ini di tarikan oleh feto-feto kebas (wanita-wanita cantik) dengan menggunakan gendang-gendang kecil berbentuk lonjong terbuka dan salah satu sisinya dan dijepit dibawah ketiak sambil dipukul dengan irama gembira dan berlengak-lenggok diikuti dengan derap kaki yang cepat sesuai irama pukulan. Beberapa pria menari (haksoke) dengan membawa pedang yang berhiaskan perak sambil mengacungkan pedang atau parang sebagai ekspresi kegembiraan atau kebanggaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar